Kastolani· Jumat, 11 Maret 2022 - 06:31:00 WIB. Khutbah Jum'at tentang Iman dan Taqwa yang harus terus dipelihara Muslim. (Foto: ist) JAKARTA, Khutbah Jum'at tentang Iman Taqwa yang perlu dijaga tiap Muslim. Sebab, iman dan taqwa seseorang kadangkala mengalami pasang surut seperti yang disabdakan oleh Rasulullah SAW: al imanu
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Dalam tulisan ini penulis akan mengulas beberapa pertanyaan yang menurut penulis penting untuk di lihat dan dipahami, karena menyangkut iman, keimanan, taqwa dan kemunduran berfikir bagi yang beragama, agama dan Tuhan. Pada kesempatan ini penulis juga ingin sedikit mengulas beberapa pandangan penulis dari beberapa pemahaman dengan pendekatan agama dalam kehidupan sosial yang secara langsung bersentuhan dengan pola fikir masyarakat di jaman modern ini. Perbedaan paham dalam agama sekalipun sering menimbulkan konflikyang berakibat pada penurunan ketaqwaan seseorang dalam melihat keberadaan Tuhan yang menurut banyak kalangan Tuhan itu milik semua agama dan Tuhan itu pendapat tentang agama, iman dan Tuhan sering kali menjadi ulasan menarik dan sering menonjok para pemeluknya. Bagi sebagian orang memang dalam tahapan pencarian tuhan dalam diri mereka adalah sebuah proses yang tidak langsung ditemukan atau sudah ada bahwa saya beriman, tuhanku ini/ itu. Penulis ingin melihat kembali esensi keberadaan agama dalam diri yang mungkin sebagaian orang berfikir tentang agamanya ataupun ketidak pedulian persoalan agama yang ada atau dianutnya, menurut saya ini penting hanya bagi yang berfikir. Agama, dalam kehidupan sosial kita agama merupakan hal yang sacral dan dianggap sebagai bentuk identitas seseorang, sebagai ciri khas Individu maupun kelompok tertentu. Identitas tersebut menjadi rancu ketika persoalan agama dijadikan sebuah identitas unggul masing – masing sehingga banyak menimbulkan konflik dan kesenjangan dalam hubungan sosial bermasyarakat. Di Indonesia sendiri yang dikenal dengan negara multikultur serta multireligion memberikan pandangan bagi sebagian pemeluk agama yang konotasi ekstrim sebagai tantangan untuk mengakkan syariat ataupun pemahan tentang agamanya sendiri namun hal itu justru terbalik dan terlihat seolah ada sisi egoisme yang membentuk di fikiran masyarakat secara luas bahwa agam ini/ itu adalah buruk. sebenarnya jika dapat melihat lebih jauh esensi dari agama itu sendiri merupakan nili “value” yang terdapat dalam agama, setiap agama memiliki nilai yang sama artiinya bersifat universal seprti Islam agama yang penuh kasih sayang, kedamaian dan menolak kekerasan, namun hal ini juga diusung oleh agama Kristian sebagai agama kasih, kedamaian begitu juga dengan Budha dll. melihat esensi value tersebut secara jelas bahwa agama mengajarkan nilai kemanusian yang universal, namun dalam entitas yang multi sering dipakai dan ditunggangi oleh beberapa kelompok atau individu yang tak bertanggung jawab untuk menunjukkan keegoisan dalam bersosial dan beragama. Prinsip empati hingga toleransi dalam bersosial dan beragama di Indonesia demikian mengakar bahwa sesungguhnya nilai yang dibawa agama kedalam kehidupan bersosial adalah kedamaian dan kasih saying namun hal ini seakan saling menabarkankkan masing – masing kepentingan untuk menegakkan ajaranya. Egoisme dengan menggunakan label agama dinilai sebagai bentuk ekspresi bahwa ajaran agamanya benar sendiri dan harus diikuti oleh semua orang agar mempercayai ajaran agamanya dan hal ini banyak dijumpai secara terang – terangan maupun sembunyi di dalam interaksi sosial, youtube, Tv dl yang banyak mempertontonkan fenomena tersebut secara gambling dan sedikit orang yang paham. Namun dilain sisi egoisme agama terselip pesan bahwa kebenaran agama saya absolute. Menelaah dari apa yang penulis utarakan yang menjadi pertanyaan besar adalah, dan ini juga menjadi pemikiran penulis bahwa pertanyaan ini menjadi usaha untuk mempertanyakan pada diri sendiri dan mampu memikirkan mereka secara individu untuk berfikir tentng agamanya dan Tuhanya, yaitu pertanyaan yang pertama adalah Kenapa percaya Tuhan sedangankan Tuhan tidak terlihat, darimana anda percaya, dan darimana membuktikan bahwa Tuhan itu suci?, pertanyaan ini penulis dapatkan langsung dari teman yang lain agama, dan menurut saya pertanyaan ini menantang, sedikti ber-Theologis, berfilsafat untuk menjawab pertanyaan ini. Mungkin bagi kebanyakan orang ataupun sedikit sulit untuk menjelaskan. Berikut jawaban penulis untuk menjawab pertanyaan tersebut, boleh tidak setuju ataupun tidak tapi tidka perlu diperdebatkan dengan yang berlianan ataupun yang sesame cukup diperdebatkan dalam diri sendiri dengan agama dan keyakinan keimanan dan ketaqwaan masing – percaya Tuhan sedangankan Tuhan tidak terlihat, darimana anda percaya, dan darimana membuktikan bahwa Tuhan itu suci? Jika berbicara tentang ketuhanan dalam diri sampai saat ini penulis masih mempelajari dan mencari, keberadaan tuhan ada dan tidaknya patutnya dipertnyakan pada diri masing – masing artinya pertanyaan tersebut tentu berbeda dengan pandangan orang lain namun yang menjadi penekanan penulis sebagai pemeluk agama Islam yang diyakini penuh bahwa tuhan ada ditiap diri masing – masing Tuhan hadir dan selalu hadir bahkan sedih maupun senang. Penjelasan keberadaan Tuhan dapat menjadi kebingungan tersendiri bagaimana tuhan ada dan diaya ada dimana? Sesungguhnya pertanyaan ini bagi orang beriman dalm Islam tidak perlu dipertanyakan karena Tuhan dalam Islam tidak dapat diserupakan dan menyerupai seperti agama diluar Islam yang menuntut kepercayaan atas keberadaan Tuha agar percaya. Islam menjelasan keberadaan Tuhan bersumber dari keyakinan atas diri masing – masing melalui Wahyu/ sabda Nabi yang diturunkan langsung ke Nabi Muhammad SAW sebagi pencerah umatnya, kemudian kebenaran Al-Quran yang secara langsung dijaga keaslian atas isi yang secara jelas dijbarkan bahwa ALLAH menjaganya, maka dari itu kitab suci Al-Quran tetap pada isis yang sebenarnya dari Nabi Turun hingga sekarang. Kemudian Tuhan sellau hadir dala diri manusia yaitu lewat rasa, kasih dan sayang “ Arrohman, arrohim” dan sifat – sifat 99 Allah yang lainya yang sifat ini secara langsung ada pada diri masunia, menyayangi, mengasihi, pemberi maaf, pendengar dll. Manusi khsusunya Muslim meyakini sifat itu melekat pada diri manusia tentu dengan akal dan otal mereka dalam berfikir. Kebinguan dan ragu akann timbul dalam diri manusia yang tidak mau berfikir dan mencari kebenaran itu bersumber dari Tuhan. Eksistensi Islam yang dipertanyakan tersebut dapat dirunut lagi melalui persamaan – persamaan tuhan agama yang lain dan hal ini jelas dalam Islam bahwa Tuhan Allah SWT tidak dapat disekutukan, tidka dapat disamakan dengan yang lainya seperti dalam ayat “Lam yaku lahu kufuan ahad” yang artinya tidak ada atupun yang sekufu dengan Tuhan, “Laisa kamislihi syai’un” yang artinya tidak ada satupun yang menyerupai penjelan tersebut masih menjadi pertanyaan lalu Dimana tuhan? Dalam Islam dapat ditelusuri dari surat yang ada di Al- qur’an, al karim surat Al-Mulk 16-17, kemudian yang jelas dpat dilihat dalam surat Thaha ayat 5 “ yang maha pemurah itu ada diatas Arsy bersemayam” dan surat al-Araf ayat 54 “ sesungguhnya Tuhan kamu adalah ALLAH yang telah menciptakan langit dan bumi lalu bersemayam di atas arsy”. Jadi jelas bahwa Tuhan memang ada bahwkan dalam diri manusia yang atheismpun mengakui tuhan meski dalam lisan tidka percaya yaitu karena diya berfikir terus menerus tentang tuhanya. Proses berfikir mencari tuhan dengan kebenaranya pun sebetulna menunjukkan bahwa diya paham bahawa Tuhan itu ada seperti dalam surat Al-Hadid ayat 4 “dan dia bersama kamu dimana saja kamu berada, dan ALLAH maha melihat apa yang kamu kerjakan. Melalui ayat – yat tersebut jelas bahwa fikiran dan akal manusia mencari – mencari kebenaran Tuhanya namun masih belum menemukan jalanya karena kebingunan dalam berfikir. Maka dari itu, bahwa bentuk – bentuk kegoisan dalam diri individu ataupun kelompok tentang keimanan seseorang dalam meyaini tuhan mereka benar atau tidak tergantung mereka mau belajar, mencari apa yang disebut tuhan dalam Al-Quran dijelaskan dalam istilah “Iqra” yang artinya baca, penulis menterjemahkan istilah atau kata tersebut sebagai bentuk ajakn untuk membaca dalam artian luas membaca apapun yang terjadi di dunia ini semata – mata bukan hanya untuk –Al-Quran sebagai tuntunan namun ajakan memca bahwa kehidupan dunia ini adalah milik tuhan Allah. Terlepas dari perdebatan dan pemikiran tersebut sebetulnya bagi pemilik akal dan fikiran yang seat menurut penulis adalah tidak bisa mencari tuhan dengan akal dan fikiran manusia karena tuhan maha suci tidak dapat dicapai dengan akal manusia!. Tidak sampai akal dan fikiran manusia untuk memikirkan Tuhanya. Kenapa ada agama? Lalu apakah Tuhan beragama? Pertanyaan ini dapat memutar otak kita bagi sebagaian orang yang mencari dan belajar agama, namun penulis menjelaskan kembali esensi agama dengan merunut pada pemahamann Dr. Th. Khobong bahwa agaman sumber hidup manusia dalam relasi tiga dimensi yakni hubungan antara manusia dan penciptanya, dengan manusia sesamanya dan seluruh ciptaanya “Tuhan” hematnya adalah kenapa agama ada karena agama sebagai penghubung antara diri manusia dengan penciptanya dan manusia sesama dan mengilhami seluruh ciptaanya Tuha. Lalu kemudian fungsi agama apa? Agama digunakan manusia sebagai pedoman dalam kehidupanya didunia kejalan yang benar. Ketiga relasi yang saling berkaitan tersebut menjadi tanda bahwa dalam kehidupan semesta ini tidak ada yang hidup sendiri melainkan ada sumber dan saling berhubungan selain itu tujuan dan fungsi agama sebagai pentujuk untuk menapaki jalan yang benar tidak semena – mena dalam menjalani kehidupan di dunia, karena sifat manusia yang serakah dapat menjadi kerusakan dan saling menyakiti di kehidupan dunia ini sehingga pada akhirnya fungsi dan keberadaan agama di perlukan agar tidak saling bertabrakan dalam hal baik akhal maupun moral. Menurut Prof. Dr. H. Jalalludin ada delapan fungsi agama yaitu penyelamat, edukasi, perdamaian, control sosial, memupuk persaudaran, pembaharuan, sumbimatif dan kreatif. Maka dari itu tanpa adanya agama dunia akan kacau Karen manusia akan semau kehendak merek sendiri Karena manusia bernafsu jika tidak dikendalikan oleh agama akan menciptakan kerusakan dibumi. Jelas bahwa agama digunakan untuk mengontrol dalam kehidupan sosil serta hubungan anara manusia dengan tetap, apakah Tuhan beragama?, pertanyaan ini seolah menjadi pertanyaan yang membingungkan ketika agama ditunjukkan dengan fenomena nafsu dan egoisme yang dimiliki manusia menjadi nomor satu untuk membenarkan ajaranya “semua agama”, kelompok agama radikal, sering melakukan kekerasan terhadap pihak – pihak yang non- agama atau agama lain dan menyakiti manusia lain. Tidak heran bahwa semua agama mempunyai persoalan yang sama namun ada yang diekspose terlalu dan ada yang tidak terlihat, namun kali ini memfokuskan bahwa ajaran yang dibawa agama turun dari Tuhan, lalu apakah Tuhan beragama karena semua mengangap Tuhan untuk semua agama, Kebingungan keraguan muncul dan menyerang keimanan seseorang dengan pertanyaan ini sehingga sering iman seseorang jatuh karena proses berfikir kembali atas retorika yang dibangun. Penulis jelaskan bahwa Tuhan tentu tidak beragama karena ketika Tuhan beragama, timbul pertanyaan Tuhan agamanya apa? Seolah ketika kembali pada pemahaman bahwa tuhan itu milik semua agama, yang kemudian mudah bagi manusia untuk mengklaim kebenaran atas tuhanya, mengklaim semua agama benar. Dalam pemahan penulis bahwa kliam atas kebenaran agama oleh individu atau kelompok mungkin benar karena kepercayaan masing – masing yang dipahami karena Tuhanya. Lalu jika Tuhan tidak beragama boleh kita meyakini bahwa semua agama itu benar? Karena Tuhan tidak beragama!. Kemudian kenapa harus meyakini agama ketika tuhan tidak beragama? Retorika seperti ini menjerumuskan eksistensi agama, iman dan Tuhan yang sesungguhnya. Retorika menyamakan Tuhan untuk agama merupakan istilah Pluralisme yang dibenarkan melalui konsep dari John Hick bahwa ada pergeseran pemahaman “religion centredness to god centredness” yang artinya bahwa esensi yang terkonsentrasi pada nilai agama kepada ketuhanan sehingga dalam konteks dinamika multireligion seperti Indonesia sering terpatok pada pluralism padahal berbeda menurut menurut Prof. Naquib Al- Attas bahwa esensi dari agama menurutnya harus memahami kata diin yang artinya keberhutangan atau hutang, hutang pada siapa? Pada maha pencipta, bagi orang yang tidak merasa mempunyai hutang kepada penciptanya maka tidak ada paksaan untuk menjalankan ajaran agamanya. Pergeseran dalam konsep Pluralisme John Hick seolah memukul rata bahwa Tuhan kita sama, semua agama sama dan ini menjadi dorongan untuk meruntuhkan keimanan seseorang atas ajaran yang seharusnya penuhi sebagai hamba Tuhan Allah SWT. 1 2 Lihat Humaniora Selengkapnya
Penimbanganamal manusia untuk mengetahui lebih berat amal baik atau amal buruk. 33. Pernyataan yang merupakan perilaku orang yang beriman kepada hari akhir adalaha. Tidak merasa iri atas nikmat orang lain. b. Dunia dan seluruh isinya merupakan tujuan akhir. d. Cinta dunia harta secara berlebihan.
Adista Yola Syahfarani Agama Saturday, 11 Dec 2021, 1258 WIB Ilustrasi Iman dan Taqwa. sumber pixabay Apa Itu Iman? Dalam kehidupan sehari-hari, tentu kita seringkali mendengar kata Iman’. Lalu, apa yang dimaksud dengan Iman? Mari kita simak penjelasannya. Iman berasal dari bahasa Arab “amana-yu’minu- imanan” yang artinya percaya atau membenarkan. Iman adalah membenarkan dengan hati, mengikrarkan dengan lisan dan mengamalkan dengan anggota badan. Imam Ghazali membagi iman manusia kepada tiga bagian 1. Iman Taqlidi, yaitu imannya kebanyakan orang yang tidak berilmu. Mereka beriman karena taklid semata. 2. Iman istidlali, yaitu di mana mereka beriman cukup berdasarkan dalil aqli dan naqli, dan mereka merasa puas dengan itu. 3. Iman Tahqiqi, yaitu imannya para ahli makrifat dan Hakikat. Mereka beriman kepada Allah dengan pembuktian melalui penyaksian kepada Allah. Bagaimana Ciri-ciri Orang Beriman? 1. Memiliki kepekaan dan ketajaman jiwa 2. Memiliki Ketenangan jiwa dan ketentraman dalam hatinya 3. Merasa dekat dengan Allah dan penuh pengharapan 4. Tidak ragu dalam memperjuangkan Islam melalui harta, benda, dan nyawa 5. Mencintai Allah SWT, rasul dan sesama manusia 6. Berbudi pekerti yang sangat baik 7. Gemar dan taat beribadah, menyantuni orang tua dan patuh padanya 8. Hidupnya berlomba untuk beramal sholeh. Apa Itu Taqwa? Setelah memahami penjelasan tentang iman, selanjutnya mari kita bahas penjelasan tentang taqwa. Taqwa berasa dari kata wa-qa, ya-qi-wiqayatan yang artinya terjaga, terpelihara. Dalam pengertian sempit, taqwa berarti terjaga dan terpelihara dari siksa api neraka. Dalam pengertian yang lebih luas, taqwa dapat diartikan sebagai takut dan selalu menjaga diri untuk tidak terjerumus dalam perbuatan dosa, mempunyai rasa tanggungjawab yang tinggi untuk menunaikan kewajiban yang harus diembannya dengan penuh kesungguhan, kejujuran, dan amanah. Fungsi daripada taqwa yaitu sebagai pembersih penyakit batin dan bekal seseorang untuk menghadapi kematian. Bagaimana Implementasi Iman dan Taqwa Dalam Menjawab Persoalan dan Tantangan di Kehidupan Modern? Seperti yang telah kita ketahui, di zaman modern ini banyak bermunculan persoalan dan tantangan dalam kehidupan dari berbagai macam bidang. Persoalan-persoalan dalam dunia modern inilah yang menjadi tantangan besar bagi umat Islam untuk menjadi problem solver dan justru tidak menjadi bagian dari persoalan itu sendiri. Islam diturunkan ke muka bumi sebagai hudan li al-naas, yaitu petunjuk bagi umat manusia. Sebagai al-Din, islam merupakan sistem kehidupan yang meliputi seluruh bidang kehidupan, baik masalah sosial, ekonomi, politik, kebuduyan, hukum maupun keimanan. Inilah yang diisyaratkan oleh Al-Quran bahwa kita harus ber-Islam secara kaffah utuh. Lalu, bagaimana peran Iman dan Taqwa dalam menjawab persoalan dan tantangan dalam kehidupan modern? Mari kita simak penjelasannya. Iman dan taqwa adalah bekal yang paling berharga dalam hidup ini. Dua hal inilah yang dapat meyelamatkan kita baik di dunia maupun di akhirat. Iman adalah keyakinan kita akan adanya Allah SWT, malaikat, rasul, kitab suci, hari akhir, dan takdir. Sedangkan, Taqwa adalah tolak ukur utama kemuliaan manusia. Maksudnya, manusia akan berada para derajat rendah di mata Allah apabila ia tidak bertaqwa. Sebaliknya, apabila ia bertaqwa, maka ia berada pada kedudukan yang tinggi di mata Allah. Sebagai suatu sistem, tentunya taqwa akan merasuk ke dalam seluruh sendi-sendi kehidupan. Apapun profesi dan kedudukan manusia, taqwa hendaknya selalu melekat dan mendasarinya sehingga taqwa menjadi warna bagi pribadi seorang islam. Iman dan taqwa bukanlah sesuatu yang statis, tetapi dinamis. Iman dan taqwa menjadi dasar sekaligus menjadi inspirasi bagi kemajuan. Umat Islam tidak cukup mempercayai keberadaan dan kekuasaan Allah saja, tetapi harus melanjutkannya dengan amal sholeh, yaitu amal kebaikan yang akan memberikan manfaat yang sebesar-besarnya untuk mahluk hidup. Iman dan taqwa menjadi dasar bagi manusia dalam menjawab berbagai persoalan dan tantangan dalam kehidupan, terutama pada dunia modern seperti sekarang ini. Setiap manusia yang mempunyai keimanan dan ketaqwaan akan mudah mencari jalan keluar bagi setiap masalah yang dialaminya. Maka dari itu, sangat penting bagi kita semua untuk menancapkan iman dan taqwa dalam diri kita sebagai dasar untuk bertindak. Nah, sekarang kalian sudah paham kan implementasi Iman dan Taqwa dalam kehidupan modern. Yuk, kita sama-sama menerapkan Iman dan Taqwa dalam kehidupan sehari-hari. imandantaqwa imantaqlidi imanistidlali imantahqiqi ciri-ciriorangberiman implementasiimandantaqwa Disclaimer Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku UU Pers, UU ITE, dan KUHP. Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel. Berita Terkait Terpopuler di Agama
12 Tujuan dan Manfaat Penulisan Tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas makalah Agama Islam dan menjawab pertanyaan yang ada pada rumusan masalah.Manfaat penulisan makalah ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan tentang kepercayaan kita kepada Tuhan Yang Maha Esa,Ketagwaan dan Keimanan manusia dan cara
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Pertanyaan-pertanyaan berikut ini adalah pertanyaan yang alamiah, pertanyaan yang ada dan akan selalu ada menjelang hari apa aku diciptakan?Mengapa aku diberi ujian?Mengapa aku diberi ujian yang tidak sanggup kupikul ini?Bagaimana cara untuk menghadapi ujian ini? Agama Islam memberikan jawaban untuk empat pertanyaan tersebut dalam kerangka keimanan, yang kesemuanya telah diabadikan di dalam Al Qur' Untuk apa aku diciptakan? "Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku." [-Adz-Zariat, 56-]. Setelah mengimani itu, konsekuensinya adalah menerima ujian. Ujian, cobaan atau masalah adalah bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan itu Mengapa aku diberi ujian? "Apakah manusia mengira bahwa mereka dibiarkan hanya dengan mengatakan, "Kami telah beriman," dan mereka tidak diuji?" "Dan sungguh, Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui orang-orang yang dusta." [-Al Ankabut, 2-3-].3. Bagaimana cara untuk menghadapi ujian ini? 1 2 Lihat Filsafat Selengkapnya
RANGKUMANPERTANYAAN MATERI "AKIDAH ISLAM" Pertanyaan : 1. (2001111002), Assalamualaikum, saya ingin bertanya, Apa yang terjadi jika umat manusia hidup didunia tanpa iman dan taqwa (HR ath-Thabrani). Dalam karyanya ini, Buya Hamka menjelaskan tentang bagaimana seharusnya menempatkan porsi iman dan amal saleh secara tepat
SAAT berusia tujuh tahun, Susan mulai mempertanyakan Allah ketika Al, temannya yang berumur sembilan tahun, dirawat di rumah sakit karena polio dan harus hidup dengan paru-paru besi. Dia menulis pengalamannya di majalah The New York Times 6 Januari 2013. Setelah menjenguk Al di rumah sakit, Susan bertanya kepada mamanya, ”Mengapa Allah melakukan itu kepada anak kecil?” Mamanya menjawab, ”Pendeta akan berkata bahwa Allah pasti punya alasan, tapi mama tidak tahu apa alasan-Nya.” Dua tahun kemudian, pada tahun 1954, Jonas Salk menemukan vaksin polio dan mamanya Susan berpikir bahwa Allah mungkin membantu penelitiannya. Susan menjawab, ”Allah seharusnya membantu para dokter itu dari dulu jadi Al tidak perlu hidup dengan paru-paru besi.” Susan menyimpulkan kisah masa kecilnya dengan menulis, ”Al meninggal delapan tahun kemudian dan saya sudah menjadi ateis.” Seperti Susan, banyak orang yang mengalami atau melihat musibah tidak bisa menemukan jawaban yang memuaskan dari pertanyaan mereka tentang Allah. Beberapa menjadi ateis, yang lain mungkin tidak sepenuhnya menyangkal adanya Allah, tapi mereka menjadi kurang percaya. Orang ateis dan yang kurang percaya itu bukannya tidak tahu agama. Justru, pengalaman mereka dengan agama yang sering membuat mereka kehilangan iman akan Allah. Mereka merasa agama pada umumnya gagal menjawab pertanyaan penting tentang kehidupan. Sayangnya, pertanyaan itu juga sering diajukan oleh orang yang mengaku beriman. Perhatikan tiga pertanyaan yang banyak orang ingin tanyakan kepada Allah, dan bagaimana Alkitab menjawabnya. 1 ”MENGAPA ENGKAU MEMBIARKAN PENDERITAAN?” Mengapa bertanya hal ini? Banyak orang berkata, ’Allah yang pengasih akan mencegah terjadinya musibah.’ PIKIRKANLAH Kita mungkin heran dan bahkan kaget melihat kebiasaan orang dari kebudayaan lain. Kita bisa dengan mudah salah paham karena tindakan mereka. Contohnya, di sebuah kebudayaan, kontak mata dianggap sebagai tanda ketulusan, tapi kebudayaan lain menganggap itu tidak sopan. Namun, tidak ada yang salah dari kedua kebudayaan itu. Kita hanya perlu lebih mengenal mereka. Bisakah orang juga salah paham dengan Allah? Banyak yang percaya bahwa adanya penderitaan membuktikan bahwa Allah tidak ada. Namun, orang yang mengerti mengapa Allah membiarkan penderitaan yakin bahwa Allah memang ada. APA KATA ALKITAB Cara Allah berpikir dan bertindak berbeda dengan kita. Yesaya 558, 9 Oleh karena itu, alasan Dia menunggu sebelum bertindak mungkin awalnya aneh bagi kita. Tapi, Alkitab tidak ingin kita menerima perkataan kosong seperti, ”Cara Allah bertindak adalah sebuah misteri.” Sebaliknya, Alkitab menganjurkan kita untuk belajar lebih banyak tentang Allah agar kita memahami alasan dan kapan Dia bertindak. * Kita bahkan bisa mendekat kepada-Nya.—Yakobus 48. 2 ”MENGAPA BANYAK KEMUNAFIKAN DALAM AGAMA?” Mengapa bertanya hal ini? Beberapa berpikir, ’Jika Allah menghargai ketulusan, tidak akan ada banyak tipu daya di antara orang-orang yang mengaku menyembah-Nya.’ PIKIRKANLAH Bayangkan seorang anak yang menolak didikan baik dari ayahnya dan meninggalkan rumah untuk menjalani kehidupan yang bejat. Meski ayahnya tidak setuju, dia membiarkan anaknya memilih hal itu. Patutkah orang lain yang bertemu anak itu menyimpulkan bahwa dia mempunyai ayah yang buruk, atau bahkan tidak punya ayah sama sekali? Tentu tidak! Begitu juga, kemunafikan dalam agama hanya membuktikan bahwa Allah membiarkan manusia memilih jalan hidupnya sendiri. APA KATA ALKITAB Allah membenci kemunafikan dalam agama. Yeremia 729-31; 3235 Tapi, Dia juga mengizinkan manusia untuk membuat keputusannya sendiri. Banyak yang mengaku percaya kepada Allah memilih untuk mengikuti ajaran agama dan standar moral yang mereka buat sendiri.—Matius 157-9. Sebaliknya, agama yang menyenangkan Allah harus tanpa kemunafikan. * Yesus berkata, ”Dengan inilah semua orang akan tahu bahwa kamu adalah murid-muridku, jika kamu mempunyai kasih di antara kamu.” Yohanes 1335 Kasih ini harus ”tanpa kemunafikan”. Roma 129 Banyak agama gagal mengikuti standar itu. Contohnya, selama perang suku di Rwanda pada tahun 1994, puluhan ribu orang yang beragama membantai anggota agama mereka sendiri, hanya karena mereka berbeda suku. Sebaliknya, Saksi-Saksi Yehuwa tidak ikut dalam pembantaian itu, dan banyak dari mereka melindungi rekan seimannya dan orang lain, sekalipun itu mengancam nyawa mereka. Tindakan rela berkorban seperti itu membuktikan bahwa agama bisa bebas dari kemunafikan. 3 ”MENGAPA KITA DICIPTAKAN?” Mengapa bertanya hal ini? Beberapa mungkin bertanya, ’Mengapa manusia hidup hanya selama 80 atau 90 tahun lalu mati? Apa tujuan dari hidup yang singkat ini?’ PIKIRKANLAH Banyak yang tidak percaya kepada Allah tetap mengakui kehebatan, kerumitan, dan keteraturan yang ada di bumi. Mereka merasa bahwa planet kita, planet lainnya, dan bulan telah diatur dengan tepat untuk mendukung kehidupan di bumi. Mereka mengatakan bahwa hukum alam yang mengatur alam semesta itu diatur dengan baik dan sempurna sehingga jika ada sedikit saja perubahan, maka tidak akan ada kehidupan di bumi. APA KATA ALKITAB Meski banyak orang menganggap jangka hidup kita yang singkat sebagai bukti bahwa Allah tidak ada, ciptaan memberikan banyak bukti bahwa Sang Pencipta itu ada. Roma 120 Dia punya tujuan dalam membuat semua ini, dan alasan kita diciptakan berkaitan dengan tujuan-Nya. Allah menciptakan manusia untuk hidup selamanya di bumi, dan Dia tidak melupakan tujuan-Nya.—Mazmur 3711, 29; Yesaya 5511. Kita memang bisa mengetahui bahwa Allah ada dan juga beberapa sifat-Nya melalui ciptaan, tapi Allah tidak ingin kita mengerti tujuan-Nya dengan cara itu. Agar kita bisa mengetahui tujuan Allah dan alasan kita diciptakan, kita harus mendengar penjelasan dari Dia. Allah berbicara kepada kita melalui Alkitab dengan bahasa yang sederhana dan langsung. * Saksi-Saksi Yehuwa mengundang Anda untuk melihat jawabannya di Alkitab.
Pengaruhiman dan taqwa dalam mengontrol kehidupan manusia, terutama dalam menghadapi arus globalisasi dapat diimplementasikan antara lain: 1. Iman dan taqwa melenyapkankan kepercayaan benda. Orang yang beriman hanya percaya pada kekuasaan Allah. Jika Allah hendak memberikan pertolongan, maka tidak ada satu kekuatan yang dapat menghalanginya.
Semua mukmin pasti ingin taqwa kepada Allah. Namun, sebagai manusia kita jelas penuh kelemahan dan dosa. Apakah pengertian taqwa yang sebenarnya? Dan bagaimana manusia bisa beribadah sempurna agar mendapat surga? Mari kita simak pembahasan mengenai berbagai pertanyaan tentang taqwa. Anda akan melihat pertolongan Allah bagi manusia yang penuh dosa. Apa Pengertian Taqwa Dalam Islam? Kata taqwa secara etimologi berarti hati-hati, waspada, mawas diri. Terutama dipakai dalam konteks memelihara keimanan dan ibadah kepada Allah. Banyak umat memberi pertanyaan tentang taqwa. Guru agama memberi definisi sederhana. Yaitu melakukan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Hal ini terambil dari Hadits. “… jika aku melarang kalian dari sesuatu maka jauhilah, dan apabila aku perintahkan kalian dengan sesuatu maka kerjakanlah semampu kalian” Hadits Bukhari 6744. Apakah Kaitan Antara Iman Dan Taqwa? Umat yang taqwa pasti akan berusaha melakukan seluruh perintah Allah. Walau kadang sulit karena ada banyak sekali peraturan. Guru agama menjelaskan alasannya adalah karena keimanan kepada Allah. Umat yang mengimani Allah pasti akan berusaha melakukan yang terbaik. Jadi jelas bahwa iman adalah landasan untuk umat taqwa. Bagaimana Implementasi Iman Dan Taqwa Dalam Kehidupan Sehari-Hari? Ada banyak peraturan yang perlu umat ikuti. Salah satu contoh penerapan taqwa terambil dari Surah Al–Baqarah, ayat 177. Memberi amal dan sedekah. Taat melakukan sholat. Memiliki moral yang baik. Memegang teguh janji. Tidak berbohong. Sabar dalam penderitaan. Dan sebagainya. Memang ada banyak kewajiban ibadah. Namun mukmin berusaha memenuhi semua hal ini. Apakah tujuannya? Mengapa Taqwa Penting? Mukmin yang baik akan berusaha untuk taqwa. Yaitu melakukan semua perintah Allah. Tujuannya adalah untuk mendapatkan rahmat-Nya dalam kehidupan. Ada banyak contoh rahmat Allah bagi umat yang taqwa. Beberapa di antaranya Allah akan memberikan jalan keluar dari masalah Qs 652. Allah akan mencukupkan keperluannya Qs 653. Allah akan mengampuni dosa Qs 3371. Namun jelas ada banyak sekali peraturan agama. Semuanya perlu ditaati. Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang taqwa selanjutnya. Yaitu bagaimana jika manusia tidak mampu melakukannya? Bagaimana Dengan Manusia Yang Penuh Kelemahan Dan Dosa? Al-Quran mengajarkan bahwa Allah akan memperhitungkan setiap perbuatan manusia Qs 2281. Namun ada banyak mukmin yang bergumul karena banyak lupa sholat. Juga belum bisa memenuhi semua jatah puasa. Atau belum mampu ibadah haji. Juga banyak mukmin bergumul dengan sikap sehari-hari. Misalnya banyak yang emosi dalam berkendaraan. Atau tergoda berbohong di kantor. Maupun melihat pornografi di internet. Al-Quran memperingatkan bahwa Allah akan memberi hukuman atas dosa. Nantinya ada timbangan perbuatan manusia. Harus lebih banyak kebaikan untuk masuk surga. “Dan adapun orang-orang yang berat timbangan kebaikan nya, maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan. Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan kebaikan nya, maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah. … Yaitu api yang sangat panas” Qs 1016-11. Yakinkah Anda bahwa kebaikan Anda akan lebih besar? Mampukah semua amal dan ibadah melebihi pelanggaran dan dosa di hidup Anda? Banyak mukmin merasa amal baiknya tidak cukup. Faktanya manusia tidak dapat menaati semua perintah dan menjauhi semua larangan Allah. Semua manusia pasti telah berdosa. Jika demikian akan menderita hukuman kekal di neraka. Allah mengerti keadaan ini. Karena itu Ia ingin menolong manusia. Pertolongan Allah Bagi Manusia Berdosa Pertolongan Allah dapat kita lihat dari ajaran Isa Al-Masih. Al-Quran menyatakan Isa menjadi petunjuk untuk umat yang mau taqwa. “… Dan Kami telah memberikan kepadanya Isa Kitab Injil sedang di dalamnya ada petunjuk dan cahaya yang menerangi, dan membenarkan kitab yang sebelumnya, yaitu Kitab Taurat. Dan menjadi petunjuk serta pengajaran untuk orang-orang yang bertakwa” Qs 546. Karena itu mari kita lihat dari petunjuk Kitab Allah. Kitab Taurat menyatakan bahwa Allah Maha Kudus Taurat, Imamat 192. Karena itu manusia berdosa tidak akan sanggup mendekat kepada-Nya. Ajaran Isa menyatakan dengan tegas. “… mereka semua [manusia] ada di bawah kuasa dosa, seperti ada tertulis Tidak ada yang benar, seorangpun tidak” Injil, Roma 39-10. Karena itu Allah memberi jalan untuk manusia berdosa. Allah mau menolong dengan memberikan perwujudan Firman-Nya Kalimatullah menjadi manusia. Inilah Isa Al-Masih yang adalah kebenaran. Karena itu Isa adalah petunjuk untuk orang yang bertaqwa. Jika Anda mengimani dan menjadi pengikut Isa, maka akan ada pengampunan dosa. Tersedia rahmat Allah bagi kehidupan Anda. Bahkan akan ada jaminan surga. “Semua orang sudah berdosa dan jauh dari Allah yang hendak menyelamatkan mereka. Hanya karena rahmat Allah saja yang diberikan dengan cuma-cuma, hubungan manusia dengan Allah menjadi baik kembali. Caranya ialah manusia dibebaskan oleh Kristus Yesus [mengimani Isa Al-Masih]” Injil, Roma 323-24, BIS. Mengimani Isa Untuk Mendapatkan Rahmat Allah Maukah Anda menerima pertolongan Allah untuk manusia? Isa Al-Masih menjadi jalan untuk manusia berdosa. Mari mengimani dan menjadi pengikut Isa! “… supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya [Isa Al-Masih] tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal [surga]” Injil, Yohanes 316. [Staf Isa dan Al-Fatihah – Untuk masukan atau pertanyaan mengenai artikel ini, silakan mengirim email kepada Staff Isa dan Al-Fatihah.] Fokus Pertanyaan Untuk Dijawab Pembaca Staf IDI berharap Pembaca hanya memberi komentar yang menanggapi salah satu pertanyaan berikut Menurut Saudara, ketakwaan dalam Islam 51% atau lebih ataukah ketaatan 100% yang benar? Berikan alasannya! Mengapa Allah harus menuntut ketakwaan sempurna 100% kepada manusia? Bagaimana kematian Isa Al-Masih menjadi solusi terbaik bagi ketaatan manusia yang tidak mencapai 100%? Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, walaupun dari Kristen maupun Islam, maaf bila terpaksa kami hapus. Berikut ini dua link yang berhubungan dengan artikel di atas. Jika Anda berminat, silakan klik pada link-link berikut Dapatkah Amal Shaleh Menyelamatkan Orang Islam? Pembersihan Hati Yang Kotor Untuk menolong para pembaca, kami memberi tanda ***** pada komentar-komentar yang kami rasa terbaik dan paling menolong mengerti artikel di atas. Bila bersedia, silakan juga mendaftar untuk buletin mingguan, “Isa, Islam dan Al-Fatihah.” Apabila Anda memiliki tanggapan atau pertanyaan atas artikel “Pertanyaan Tentang Taqwa, Dapatkah Menjamin Masuk Surga?”, silakan menghubungi kami dengan cara klik link ini.
Jawaban Memang idak diragukan bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, اَلتَّقْوَى هَهُنَا. " Taqwa itu ada di sini, " (HR. Muslim no.2564 dalam Kitabul Birri wash Shilah ). Maksudnya di dalam hati. Seseorang yang hatinya bertakwa maka anggota badannya juga bertakwa kepada Allah. Akan tetapi, hal ini bukan
Dalam Islam, ciri orang beriman adalah bertakwa kepada Allah subhaanahu wa ta’alaa. Begitu pula sebaliknya, ciri orang bertakwa adalah memiliki demikian, jelaslah bahwa Iman dan takwa adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan karena merupakan satu kesatuan. Meskipun begitu, keduanya memiliki perbedaan yang mendasar. Berikut adalah beberapa di Berdasarkan PengertianSecara etimologis, kata iman berasal dari kata amina-ya’minu-amman yang diartikan sebagai percaya. Secara istilah, Iman berarti keyakinan yang dibenarkan dalam hati, diikrarkan dengan lisan, dan diamalkan dengan dalam Islam merujuk pada rukun iman yang meliputi beriman kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, hari kiamat, dan takdir baik buruk.“Jibril berkata, “Beritahukanlah padaku tentang iman! Jawab Nabi shallallahu alaihi wasallam, “Hendaknya engkau beriman kepada Allah, kepada malaikat-Nya, kepada kitab-kitab-Nya, kepada Rasul-rasul-nya, kepada hari kiamat, dan beriman kepada Qadar yang baik serta yang buruk.”HR. MuslimAdapun kata takwa secara etimologis berasal dari kata waqa-yaqi-wiqayah yang berarti secara terminologis, kata takwa berarti mematuhi segala perintah Allah dan menjauhi segala bin Habib rahimahullah mengatakan,“Takwa berarti engkau menjalankan ketaatan pada Allah atas petunjuk cahaya dari Allah dan engkau mengharap pahala dari-Nya. Termasuk dalam takwa pula adalah menjauhi maksiat atas petunjuk cahaya dari Allah dan engkau takut akan siksa-Nya.”2. Berdasarkan ImplikasiOrang yang beriman memiliki beberapa ciri yaitu tawakal, mawas diri, bersikap ilmiah, optimis, konsisten, menepati janji, dan tidak ciri-ciri orang bertakwa di antaranya adalah menjauhi maksiat, rajin beramal shaleh, puasa, selalu menepati janji, mempersiapkan bekal untuk hari akhir, dan rajin Berdasarkan DampakDampak keimanan bagi seseorang salah satunya adalah ikhlas dalam beribadah. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengingatkan,Dari Abu Umamah Al-Bahiliy, ia berkata, “Seorang laki-laki datang kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam lalu bertanya, “Bagaimanakah pendapat engkau apabila ada seorang laki-laki berperang untuk mencari pahala dan nama? Lalu apa yang ia dapat?”. Maka Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Ia tidak mendapatkan apa-apa.” Orang itu mengulangi pertanyaannya sampai tiga kali, dan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menjawab, “Ia tidak mendapatkan apa-apa”. Kemudian beliau bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak mau menerima amal kecuali amal yang dilakukan dengan ikhlas karena Allah dan mencari keridhaan-Nya.”HR. Nasa’iAdapun dampak ketakwaan seseorang salah satunya adalah dimudahkan persoalan dan rezekinya. Allah subhaanahu wa ta’alaa berfirman dalam surat At-Thalaq ayat 2-3 sebagai berikut.“… Barang siapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya. Dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya …”QS. At Thalaq 2-3
VKXg2NJ. 382 119 414 485 258 13 177 388 445
pertanyaan tentang iman dan taqwa